Lahirkan
“Anak-Anak Ratu Adil” Melalui Film Edukatif Pancasila
Besuk yen wis ana kreta
tanpa jaran
Tanah Jawa kalungan
wesi
Prahu mlaku ing dhuwur
awang-awang
Kali ilang kedhunge
Pasar ilang kumandhang
Iku tandha yen tekane
zaman Jayabaya wis cedhak
(Triharso,dkk,
2012)
Potongan bait diatas merupakan potongan bait dalam
ramalan Jayabaya. Ramalan ini diciptakan oleh Prabu Jayabaya yaitu raja
kerajaan Pamenang atau Kediri. Prabu Jayabaya ini meramalkan terkait kondisi
moral masyarakat pada zaman kalabendu.
Salah satu versi ramalan Jayabaya ini ditulis dalam naskah Serat Centini oleh Pujangga Kraton Surakarta, yaitu Ki
Ranggawarsito.
Arti dari larik demi larik kalimat tersebut secara
berurutan adalah kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda (mobil), Pulau Jawa
berkalung besi (rel kereta), perahu berjalan di angkasa (pesawat terbang),
sungai kehilangan mata air, pasar kehilangan suara (supermarket dan mall), itulah pertanda zaman Jayabaya
telah mendekat. Gambaran zaman Jayabaya ini dapat dimaknai sebagai era
globalisasi atau zaman yang sedang kita lalui saat ini.
Lalu ada bait yang berbunyi akeh janji ora ditetepi (banyak janji tidak ditepati), akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe
(banyak orang berani melanggar sumpah sendiri), manungsa padha seneng nyalah (orang-orang saling lempar kesalahan),
ora ngendahake hukum Hyang Widhi
(tidak peduli akan hukum Tuhan), barang
jahat diangkat-angkat (kejahatan dijunjung-junjung), barang suci dibenci (kenaikan dibenci), akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit (banyak orang hanya
mementingkan uang), lali kamanungsan
(lupa kemanusiaan), dan lali kabecikan
(lupa kebaikan). Bait ini menggambarkan jaman sekarang banyak pejabat yang
melakukan korupsi, melanggar sumpah-sumpah yang telah diucapkan, serta
mengagungkan uang diatas segalanya. Banyak orang yang berbuat baik, tetapi
malah dibenci, orang yang berbuat jahat justru didukung, seperti halnya korupsi
yang dilakukan bersama-sama oleh para pejabat yang sedang marak terjadi (Triharso,dkk,
2012).
Gambaran ramalan pada bait tersebut sama dengan apa
yang sering disebut-sebut dengan krisis karakter saat ini. Krisis karakter ini
sedang menyerang bangsa Indonesia dari segala penjuru yang didukung oleh
derasnya arus globalisasi. Krisis karakter yang sedang melanda bangsa Indonesia
ini ditandai dengan adanya berbagai tindak kekerasan, ketidakjujuran, mulai
melunturnya budaya tata krama, melunturnya nasionalisme, dan sebagainya.
Salah satu contohnya adalah angka kekerasan di
Indonesia tergolong tinggi. Hal yang lebih memprihatinkan lagi, kekerasan juga
dilakukan oleh pelajar sebagai generasi emas penerus bangsa, antara lain
tawuran pelajar. Tertulis dalam www.antaranews.com
edisi 20 Januari 2013, Komnas Perlindungan Anak mencatat sepanjang 2013 ada 255
kasus tawuran antar-pelajar di Indonesia. Angka ini meningkat tajam dibanding
tahun sebelumnya, yang hanya 147 kasus.
Padahal, jika kita menengok pada ideologi bangsa Indonesia,
yaitu Pancasila, sudah jelas hal-hal semacam itu tidak akan terjadi. Bagaimana
tidak? Dalam Pancasila sudah cukup jelas terkandung nilai-nilai luhur
kepribadian bangsa. Pancasila yang dibentuk melalui proses panjang ini,
merupakan perwujudan karakter yang diharapkan untuk dimiliki oleh setiap warga
negara Indonesia, agar cita-cita besar bangsa ini tercapai.
Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Perilaku
yang sesuai dengan sila ini adalah memeluk satu agama, beriman kepada Tuhan YME
serta menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Sila kedua yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Perilaku yang sesuai dengan perwujudan sila
kedua adalah menjunjung tinggi hak orang lain, saling mencintai antar sesama
manusia, tenggang rasa, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, tidak korupsi,
serta bersikap adil. Sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Contoh perilaku
yang sesuai dengan sila ini adalah mencintai tanah air dan bangsa, menjunjung
tinggi kesatuan dan persatuan serta keselamatan bangsa, serta bangga terhadap
tanah air Indonesia. Sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Dalam sila ini, diutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan. Sila ini juga mengajarkan demokrasi. Sila
kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai yang
terkandung dalam sila ini antara lain bersikap adil, menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, suka menolong,
menghargai hasil karya orang lain, serta bersama-sama berusaha mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan (Rukiyati, dkk, 2008).
Sudah sangat jelas sikap-sikap yang seharusnya
diterapkan sebagai implementasi kelima butir Pancasila tersebut. Akan tetapi
yang masih menjadi pertanyaan hingga saat ini adalah mengapa ideologi sebagus
ini tidak mampu diterapkan oleh bangsa Indonesia? Mengapa krisis karakter yang
merupakan kebalikan dari apa yang diajarkan oleh Pancasila masih terjadi?
Sebenarnya telah banyak upaya pemerintah untuk
mengajarkan nilai-nilai Pancasila kepada warga negara Indonesia. Salah satu
langkah yang dinilai sangat strategis adalah melalui pendidikan. Berdasarkan
kurikulum 2013, Pancasila diajarkan disemua jenjang pendidikan dan juga
perguruan tinggi. Pada jenajng SD hingga SMA sederajad, pembelajaran pancasila
termuat dalam mata pelajaran PPKN. Alokasi waktu yang diberikan setiap kali
pertemuan adalah 2 jam pelajaran per minggu.
Sayangnya, pendidikan yang ada saat ini hanya mampu
mencetak siswa-siswa yang mampu menghafal pancasila tanpa mengerti bagaimana
harus bersikap seperti nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pemandangan
yang sudah sangat biasa kita lihat, setiap senin pagi anak-anak sekolah dengan
sangat lantang mengumandangkan bunyi Pancasila. Akan tetapi ada yang setelah
upacara bendera mereka membolos sekolah ataupun mencontek saat ujian. Hal-hal
kecil seperti mencontek, membolos, dan tidak disiplin merupakan awal dari
tindak-tindak kejahatan besar seperti korupsi yang sedang marak terjadi di
Idonesia. Oleh karena itu, perlu ada metode pembelajaran yang membuat anak
tidak sekedar menghafal, tetapi mengerti cara bersikap sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.
Kembali kepada ramalan Jayabaya, ada potongan bait
yang merupakan kabar gembira bagi bangsa Indonesia. Dituliskan bahwa suatu saat
nanti bangsa Indonesia akan mengalami zaman keemasan (Kalamukti) atau zaman kertayoga,
yaitu jaman datangnya Ratu Adil. Pada masa ini rakyat akan sejahtera (nora ana wong nggresula kurang),
keadilan ditegakkan (adil paramata,
lumrahing arta), Ratu memerintah bukan untuk mencari harta, serta tidak ada
lagi penjahat karena mereka telah takut (Tan
ana durjana, dursila, pada tobat wedi wilating Ratu Adil ..... ). Ratu Adil
ini memerintah semata-mata untuk kesejahteraan negara dan keselamatan seluruh
dunia (karna ratu mung amrih kartaning
nagara, raharjaning jagad kabeh). Dari potongan-potongan bait ini dapat
disimpulkan bahwa Ratu Adil adalah orang yang baik, jujur, amanah, berbakti
kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi kebenaran, dan memiliki jiwa kesatria. Hal
ini sesuai dengan apa yang diajarkan dalam nilai-nilai Pancasila (Triharso,dkk,
2012).
Bayangkan jika orang seperti ratu adil ini tidak
hanya satu di Indonesia. Tentu negara ini akan aman, damai, dan sejahtera. Oleh
karena itu, ratu adil harus melahirkan “Anak-Anak Ratu Adil”. Cara strategis
agar terlahir “Anak-Anak Ratu Adil” ini adalah melalui pendidikan, dimana yang
ditangani adalah anak-anak muda yang merupakan generasi emas penerus bangsa.
Agar terlahir “Anak-Anak Ratu Adil” ini tentu tidak cukup dengan mengajarkan
pancasila secara hafalan. Oleh karena itu, perlu suatu inovasi pembelajaran
yang mampu menanamkan nilai-nilai karakter pancasila kepada anak, salah satunya
adalah melalui film “Anak-Anak Ratu Adil”.
Film “Anak-Anak Ratu Adil” ini dapat berupa film
kartun maupun bukan. Awal dari film ini adalah pembacaan butir-butir Pancasila serta perwujudannya. Selanjutnya
film akan memiliki banyak tema-tema sesuai karakter baik. Setiap ada karakter
sesuai Pancasila yang dilakukan oleh tokoh, maka akan ada tulisan sesuai dengan
sila ke berapa. Misalnya salah satu tokoh sedang menolong tokoh lain yang
sedang sakit, maka akan ada tulisan “tolong-menolong (sila ke 5)”. Film dapat
dimainkan oleh beberapa tokoh dengan durasi 20 menit. Diakhir film akan
ditayangkan beberapa bait serat Kalatidha, yang akan dijelaskan sedikit oleh
guru nantinya.
Contohnya adalah film dengan tema “Anak Ratu Adil
Penegak Kejujuran”. Dikisahkan ada seorang anak buta berjualan kue. Pada suatu
hari, dua orang temannya mendatangi warungnya untuk membeli. Akan tetapi, salah
satu anak mengambil 2 kue dan hanya membayar 1. Si buta ternyata selau
menghitung kue dagangannya dan menyadari. Lalu mereka ribut dan anak satunya
lagi mendamaikan dan memberikan nasihat tenatng keburukan dari berlaku tidak
jujur.
Keuntungan pembelajaran film “Anak-Anak Ratu Adil”
ini adalah dengan visualisasi murid akan lebih mudah menerima pelajaran, lebih
mudah diingat dan menyenangkan, mampu mengajarkan nilai-nilai karakter yang
sesuai dengan pancasila, serta siswa mampu mengenal ramalan Jayabaya. Film ini
cocok untuk anak-anak sekolah di semua jenjang, dengan cerita disesuaikan
berdasarkan usia anak. Selain itu, film ini juga dapat ditonton anak kapanpun diluar
jam pelajaran.
Ramalan Jayabaya merupakan gambaran masa depan
bangsa Indonesia. Percaya atau tidak percaya, perlahan-lahan apa yang
dituliskan pada ramalan Jayabaya ini terjadi pada bangsa Indonesia. Besar
harapan Ratu Adil benar-benar akan datang sebagai solusi dari krisis karakter zaman
kalabendu yang sedang terjadi. Ratu
adil ini adalah orang yang memiliki sifat seperti nilai-nilai Pancasila. Oleh
karena itu, tentu negara ini akan lebih cepat maju jika memiliki banyak “Anak-Anak
Ratu Adil”. Sebenarnya telah banyak upaya dilakukan untuk menciptakannya, salah
satunya melalui pembelajaran disekolah. Akan tetapi, hingga kini masih bnyak
anak yang menghafal pancasila namun tidak mengerti maknanya. Oleh karena itu
perlu adanya inovasi pembelajaran, salah satunya melalui film “Anak-Anak Ratu
Adil”. Harapannya pemerintah mendukung media ini dan membantu prokdusi film
edukatif ini dalam skala besar untuk media penyampaian nilai-nilai karakter
pancasila kepada siswa.
Referensi
Andarningtyas,
Natisha. Tawuran Pelajar Meningkat.
2013. Diakses dari http://www.antaranews.com/berita/322987/tawuran-pelajarmeningkat.%20Diakses%2028%20januari%202013 (diakses 8
Maret 2014).
Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY
Press.
Triharso, dkk.
2012. Prosiding Kongres Pancasila IV: Srategi Pelembagaan Nilai-nilai
Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia. Yogyakarta: Pusat
Studi Pancasila UGM.
Biodata Penulis
1
|
Nama Lengkap :
|
Rita Suryani
|
2
|
Jenis Kelamin :
|
Perempuan
|
3
|
Program Studi :
|
Pendidikan
Matematika 2012
|
4
|
NIM :
|
12301241015
|
5
|
Tempatdan Tanggal Lahir:
|
Sleman, 8 Juli 1994
|
6
|
Alamat :
|
Soman II, selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta
|
6
|
Email :
|
ritasuryaniuny@gmail.com
|