Hitung Cepat Sesatkan Rakyat
Oleh. Andi Wijianto
Quick
count pemilihan Presiden Republik Indonesia tanggal 9 Juli 2014 menuai banyak
polemik. Yang masih hangat diperbincangkan adalah banyak lembaga surfey yang
notabennya dalam pelaksanaan surfey yang seharusnya netral namun masih berpihak
kepada salah satu calon presiden. Dalam perhitungan cepat seakan-akan
masyarakat yang merupakan penentu dari pelaksanaan pemilihan umum 2014 dibuat
resah dan dipermainkan oleh lembaga surfey. Tak seperti perhitungan sebelumnya
dalam pemilihan legislatif atau pemilihan kepala presiden 2009, perhitungan
cepat di tahun ini cenderung memiliki hasil yang berbeda di antara
masing-masing lembaga surfey.
Seperti
dikutip dari Merdeka.com menyebutkan LSI: Prabowo-Hatta 47,8% Jokowi-JK 52,92%
(suara masuk 78,53%), Cyrus: Prabowo-Hatta 47,17% Jokowi-JK 52,83% (suara masuk
75%), IRC: Prabowo-Hatta 52,53% Jokowi-JK 47,47% (suara masuk 59,9%), Kompas:
Prabowo-Hatta 46,97% Jokowi-JK 53,03% (suara masuk 77,56%), RRI: Prabowo-Hatta
48,03% Jokowi-JK 51,90% (suara masuk 66,75%). Dikutip pula dari salah satu
stasiun TV Indonesia bahwa LSN Prabowo-Hatta 50,19% Jokowi-JK 49,81%, IRC
Prabowo-Hatta 51,11% Jokowi-JK 48,89%, dan PUSKAPTIS Prabowo-Hatta 52,06% Jokowi-JK
47,94%.
Ironis
memang tapi itulah kenyataan yang ada di Indonesia. Orientasi pada materi
terkadang membuat golongan buta akan kebenaran. Atau bahkan ideologi membutakan
mata golongan untuk memberikan data yang sebenarnya ada di lapangan kepada
masyarakat. Entahlah, Indonesia memang saat ini sedang dilanda degradasi
karakter yang menyebabkan sikap hedonisme yang sudah teramat parah.
Ideologi atau Materi
Dua
hal ini yang merupakan pertanyaan yang perlu dikritisi. Apakah kebenaran pada
saat ini sudah tak layak untuk dipertontonkan? Masyarakat tentulah bertanya
apakah ada oknum-oknum tertentu yang bekerja di balik kemenangan hasil hitung
cepat dan memihak salah satu calon? Apa motifnya Ideologikah atau Materikah? Ada
dua kemungkinan yang sebenarnya patut disoroti. Apalagi di masa yang serba
susah ini dan materi yang berbicara. Dengan keuntungan yang bergelimang untuk
memenangkan salah satu calon bukan tidak mungkin menjadi kemungkinan perbedaan
hasil suara. Ada pula karena ada faktor ideologi dimana sejak masa kampanye
pendukung kedua kubu sudah berkampanye secara panas. Banyak hujatan yang
dikeluarkan, saling jatuh-menjatuhkan. Mungkin karena fanatikme yang luar biasa
dapat menyebabkan seorang buta akan kebenaran.
22 Juli 2014
Tentulah
dengan kondisi yang sangat ironis seperti ini masyarakat mulai bingung akan
hasil perhitungan cepat. Banyak masyarakat yang sudah muak dengan berbagai
berita yang kurang kredibel. Yang dapat dilakukan adalah menunggu pengumuman
yang secara resmi diumumkan oleh KPU pada tanggal 22 Juli 2014. Jawaban atas
semua pertanyaan akan terkuak pada hari itu. Senantiasa masyarakat diharapkan
untuk terus menjaga keamanan dan ketertiban. Siapapun yang akan menjadi
pemempin negeri terimalah karena beliau-beliau merupakan putra terbaik bangsa.