Minggu, 09 November 2014

Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal di Sekolah

Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal di Sekolah
Oleh. Nurul Rahmawati

Kemunculan Pendidikan Karakter
Dimulai pasca hiruk-pikuk ujian nasional tahun 2010 yang kemudian semakin berkembang menjadi salahsatu solusi yang dianggap paling tepat untuk mengatasi permasalahan UN tak kunjung selesai. Seperti sebuah air di padang pasir yang gersang, pendidikan karakter telah membuat berbagai pihak dapat kembali berharap bahwa pendidikan dan UN akan berjalan selaras seperti yang telah dicita-citakan sejak dahulu. Ujian Nasional telah menjadi salahsatu standar yang digunakan oleh pemerintah untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan, baik di Sekolah Dasar sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Pendidikan karakter ini diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan dan pemerintah harus mengambil berbagai konsekuensi agar pendidikan karakter tak hanya muncul sebagai angin segar tetapi harus ada realisasi nyata seperti dengan meninjau ulang kurikulum yang berlaku saat ini. Akhirnya dengan proses dan waktu yang tidak singkat tentunya, pemerintah telah memcanangkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang memuat dan memberikan ruang bagi pengembangan pendidikan karakter di sekolah agar peserta didik mampu menjadi generasi yang lebih baik lagi.
Apa itu  Karakter?
Karakter adalah pisau bermata dua. Yang berarti setiap karakter memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Anak yang berkeyakinan tinggi akan memiliki dua kemungkinan yang berbeda dan berlawanan. Kemungkinan pertama dia akan berani karena kayakinan yang dimilikinya dan kemungkinan yang lain dia akan meremehkan segala sesuatu bahkan tidak perhitungan karena dia terlalu yakin pada dirinya sendiri (Munir, 2010: xii). Nah di sinilah sebenarnya titik pentingnya pendidikan karakter, setiap anak memiliki karakter masing-masing dan karakter ini dapat dibentuk melalui pendidikan sejak dini, mulai dari lingkungan keluarga dan berkelanjutan sampai di bangku sekolah. Pendidikan karakter yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mengembangkan karakter anak secara maksimal guna membangun mental dan kepribadian yang baik serta menumbuhkan karakter positif.
Seperti pendapat Munir di atas, sebenarnya tujuan pendidikan karakter bila dilihat lebih jauh adalah mengembangkan karakter anak, dan karakter ini memiliki dua sisi yang mengarah ke positif dan negatif, sehingga pendidikan karakter hanya akan menumbuhkan karakter dari sisi yang mengarah ke positif dan meminimalisir adanya pengembangan karakter dari sisi yang negatif. Hal ini dimulai dari pendidikan di lingkungan keluarga misalnya mengembangkan rasa malu untuk menumbuhkan kesopanan bukan untuk menumbuhkan rasa minder. Kemudian di bangku sekolah mulai diajarkan bahwa anak harus percaya diri dan yakin dengan kebenaran dan memakai cara yang benar untuk meyelesaikan suatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Di tengah derasnya arus globalisasi dan maraknya korupsi, tawuran antarpelajar serta konflik lainnya, bangsa ini membutuhkan alat yang dapat menekan dan mengurangi berbagai konflik yaitu pendidikan yang berbasis nilai moral serta karakter bangsa. Tak bisa dipungkiri lagi, generasi muda kita saat ini telah mengalami degradasi moral, dimana mereka tak lagi menunjukkan sikap dan nilai-nilai yang baik dan tidak mencerminkan kepribadian sebagai warganegara Indonesia. Tidak hanya sampai disitu generasi muda kita juga tak lagi memiliki tata karma, etika dan moral yang baik. Untuk itu, kedudukan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan ini sangat penting dan pendidikan karakter sengaja dihadirkan di tengah-tengah pendidikan tanah air sebagai salahsatu solusi yang jitu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang tengah dihadapi negeri ini. Pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak lama, dan dalam sistem pendidikan kita sebelumnya telah ada nilai-nilai karakter yang masuk ke dalam kurikulum meskipun tidak tersurat dan dalam prakteknya belum memberikan hasil yang dapat dilihat oleh mata kita. Pendidikan karakter pada dasarnya merupakan pembentukan karakter yang baik yang diinginkan oleh seseorang kepada peserta didik agar mereka dapat berkembang sesuai dengan lingkungan dan dapat bersikap, bertingkah laku yang sesuai di dalam masyarakat. Pembentukan karakter ini sangat penting karena pendidikan sendiri tidak pernah terpisahkan dari pembentukan karakter, keduanya seperti tulang dan daging yang saling melengkapi. Pendidikan tanpa pembentukan karakter tidak akan pernah menghasilkan individu yang baik begitu juga pembentukan karakter tanpa pendidikan adalah sia-sia. Pada dasarnya pembentukan karakter ini adalah kebiasaan yang baik yang diulang-ulang sehingga akan tertanam dalam individu sehingga kebiasaan ini akan menjadi karakter yang melekat kuat dan tidak mudah tergoyahkan. Pembentukan karakter memang tidak mudah perlu adanya pengertian, pengetahuan dan internalisasi dalam diri individu dengan baik dan benar.
Muatan Lokal Sebagai Salahsatu Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan adalah proses enkulturasi dimana manusia belajar memahami dan mengadaptasi pola pikir, pengetahuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia (Muslich, 2011: 44). Dari pengertian di atas dapat dikaitkan bahwa proses enkulturasi di lembaga pendidikan formal seperti sekolah dapat diambil dari mata pelajaran muatan lokal yang sesuai dengan daerahnya masing-masing. Manusia dapat mempelajari kebudayaan masyarakat sekitarnya dari pengembangan mata pelajaran muatan lokal yang telah disetujui oleh tiap-tiap daerah di seluruh Indonesia. Sehingga dapat dipastikan bahwa peserta didik dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan muatan lokal di daerahnya masing-masing. Sedangkan pengertian muatan lokal sendiri menurut PERMENDIKBUD RI No. 81A Tahun 2013, muatan lokal adalah bahan kajian pada suatu pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi daerah tinggalnya. Sedangkan jenis muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan.
Selain untuk pengembangan potensi daerah di tingkat lokal, muatan lokal yang diajarkan di sekolah juga memberikan berbagai gambaran dan manfaat dalam pembentukan karakter, nilai dan moral yang berkembang di dalam masyarakat di lingkungan mereka. Secara praktek, mata pelajaran muatan lokal ini sangat mendukung pengembangan peserta didik khususnya sikap/afektif yang kemudian dapat dilanjutkan ke implementasinya yaitu psikomotorik. Sehingga pembentukan karakter, nilai dan moral yang baik akan terbentuk karena kebiasaan yang telah ditanamkan melalui mata pelajaran ini dan kemudian juga diimplementasikan di dalam masyarakat. Pengembangan muatan lokal juga akan membantu peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan adat istiadat, kebiasaan bahkan norma-norma yang ada di dalam masyarakat, dimana peserta didik jika lulus dari pendidikannya akan menjadi generasi penerus yang berkualitas tidak hanya cerdas, berpendidikan, namun juga memiliki karakter yang kuat. Jika muatan lokal dapat dikembangkan seperti di atas, maka pendidikan negeri ini akan menghasilkan generasi emas yang tak hanya cerdas, berkarakter kuat tetapi juga berakhlak mulia. Untuk itu, muatan lokal di daerah-daerah harus memiliki visi yang sama yaitu mengembangkan potensi lokal dan juga mengembangkan sumberdaya manusia lokal yang berkarakter kuat sesuai dengan adat istiadat serta kebudayaan lokal yang dimilikinya.

Referensi :
Abdullah Munir. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak Dari Rumah. Yogyakarta: Pedagogia.
Masnur Muslich. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

PERMENDIKBUD RI No. 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.

MENDIDIK KAUM MUDA

MENDIDIK KAUM MUDA
Oleh : Sugiarto
A.      Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari siklus yang dialami oleh manusia, sebagaimana hakikatnya sebagai makhluk sosial, memerlukan instrumen-instrumen agar proses dalam siklus tersebut bisa berjalan sebagaimana mestinya. Perbincangan di seputar pendidikan pada hakikatnya perbincangan manusia itu sendiri, artinya perbincangan diri sendiri sebagai yang berhak mendapatkan pendidikan. Kaitanya dengan proses manusia dalam menghadapi siklus kehidupan, diperlukan adanya suatu adaptasi yang berasal dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini fungsinya adalah memberikan pemahaman kepada manusia ketika menghadapi siklus kehidupan yang seringkali tanpa disadari membuat manusia mengalami kesusahan terutama tantangan perkembangan zaman.
Tantangan terberat pada abad ke-21 ini adalah perkembangan teknologi yang seringkali menuntut untuk selalu mengadaptasinya. Perkembangan teknologi membuat suasana dilematis, yaitu disatu sisi perkembangan teknologi memudahkan manusia dalam menjalani kehidupanya sehari-hari, dengan menggunakan alat-alat beragam dan serba canggih. Namun disisi lain, perkembangan teknologi yang signifikan ternyata membuat manusia untuk mengurangi aktifitas sosialnya dengan masyarakat serta memunculkan sifat-sifat individualis.
Disamping teknologi, tantangan lain adalah masuknya ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi Bangsa Indonesia. Ideologi Bangsa Indonesia adalah Pancasila, yang bukan merupakan ideologi komunis maupun liberal. Dunia saat ini tengah menghadapi serbuan idologi demokrasi liberal yang dikembangkan di Barat. Dengan tidak adanya ideologi tandingan bagi demokrasi liberal, maka sangat mudah bangi penganutnya untuk menyebarkan pengaruh ke luar komunitasnya. Kemudahan Barat dalam menyebarkan pengaruh liberalisasi ke luar komunitasnya ini terbukti saat masyarakat dunia banyak memberikan apresiasi yang baik terhadap modernisme yang melahirkan globalisme, developmentalisme, industrialisasi, investasi, dan sebagainya.
Sejatinya semua tantangan yang dihadapi apabila tidak dilakukan proteksi secara menyeluruh dapat mengakibatkan adanya gangguan sistem dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan seharusnya berfungsi sebagai penunjuk jalan, baik itu yang berupa pendidikan formal di instansi ataupun pendidikan secara langsung dari keadaan sekitar, masyarakat, dan keluarga. Di Indonesia pendidikan diusahakan oleh pemerintah, hal ini termaktub dalam pasal 31 ayat 3 Undang-undang Dasar (UUD) 1945, dengan bunyi “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional,  yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang ”. Pasal-pasal yang di dalam UUD 1945 secara tersurat menyampaikan mengenai pendidikan, kemudian dijabarkan menjadi undang-undang yaitu Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di dalam undang-undang tersebut, sistem pendidikan Indonesia diatur, terdapat pula rambu-rambu dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional.
B.  Eksistensi Kaum Muda Dalam Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia diwarnai peristiwa-peristiwa heroik yang menggugah semangat nasionalisme. Semangat pejuang yang gigih menegakan panji Indonesia agar tegak berdiri memberi gambaran bahwa peristiwa heroik melahirkan pejuang-pejuang patriotis yang ingin membawa perubahan mendasar dalam kehidupan rakyat Indonesia. Dalam catatan sejarawan, periode heroik Indonesia memiliki rentang yang panjang, beberapa diantaranya  meiliki tafsir yang berbeda.
Kurun waktu abad ke-20, Indonesia mengalami masa yang bisa dikatakan sebagai puncak perjuangan heroik. Seperti yang diungkapkan Frank Dhont, awal abad ke-20 yang ditandai dengan industrialisasi dan modernisasi di wilayah Hindia Belanda melahirkan orang-orang jenius. Ciri utamanaya adalah lahirnya organisasi-organisasi yang bertujuan mencari formula kemerdekaan Indonesia. Ada tiga organisasi historis terkemuka yang dibentuk oleh kaum intelektual Indonesia yang mewakili kaum intelektual Indonesia pada akhir tahun 1920-an. Ketiga organisasi tersebut adalah Indonesische Studieclub, Algemeene Studieclub, Dan Perhimpoenan Indonesia. Ketiga organisasi itu merupakan organisasi intelektual Indonesia yang paling depan dalam sejarah Indonesia pada dasawarsa 1920-an. Disamping organisasi, cendekiawan–cendekiawan Indonesia banyak  yang lahir pada masa ini dan melahirkan ideologi baru kebangsaan. Wawasan kebangsaan yang digagas oleh cendekiawan Indonesia berdampak pada perubahan pola pikir masyarakat Indonesia tentang perjuangan merebut kemerdekaan.
Awal abad ke-20, seperti diungkap pada paragraf sebelumnya, menunjukan eksistensi kaum muda untuk terus berpikir tentang kemerdekaan Indonesia. Tentu jika hal tersebut diimplikasikan dengan kondisi saat ini maka mereka tidak akan selamanya berbicara mengenai kemerdekaan Indonesia tetapi berpikir bagaimana memajukan kehidupan masyarakat yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Eksistensi kaum muda telah nyata dan berkontribusi besar terhadap perkembangan Bangsa Indonesia. Selama masa pergerakan berlangsung, kamu muda menuangkan pemikiran mengenai kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan organisasi-organisasi politik. Tokoh-tokoh besar telah lahir dan didominasi oleh kaum muda, seperti Soetomo, Hatta, Soekarno, hingga Ki Hadjar Dewantara.
Eksistensi kaum muda dalam sejarah Indonesia tidak terbatas hanya pada masa pergerakan Nasional saja, baik sebelum dan sesudah pergerakan Nasional muncul kaum-kaum muda dengan semangatnya yang tinggi untuk mencurahkan segala pemikiran, tenaga, dan dedikasi terhadap kemajuan Bangsa Indonesia.

C.  Mendidik Kaum Muda
Sejarawan Anhar Gonggong dalam setiap kesempatan selalu mengungkapkan pentingnya kaum muda untuk mendapat akses pendidikan. Sehingga untuk beberapa waktu mendatang akan lahir generasi-generasi terdidik. Hal senada pula telah dicanangkan oleh pemerintah dengan visi Indonesia emas pada tahun 2045. Visi Indonesia emas tahun 2045 merupakan salah satu perhitungan yang dikemukakan oleh pemerintah dengan melihat keadaan Indonesia pada tahun-tahun sekarang, disamping perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-100. Menurut pemerintah apabila generasi sekarang di didik dengan baik maka pada tahun 2045 akan muncul pemimpin-pemimpin muda yang akan membawa pembaharuan dan kemajuan bagi Indonesia.
Anhar Gonggong memberi contoh kaum muda terdidik adalah Soekarno dan Hatta. Menurutnya, Soekarno dan Hatta telah ditempa oleh pendidikan yang di selenggarakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, namun mereka tetap cinta Indonesia dan berkeinginan agar Indonesia merdeka. Kedua orang tersebut menurut Anhar Gonggong adalah contoh orang yang terdidik dan tercerahkan. Terdidik artinya mereka mendapat pendidikan berkualitas yang dibuktikan dengan tingkat pola pikir yang lebih baik ketimbang orang lain yang tidak mengenyam pendidikan. Tercerahkan artinya adalah mereka tercerahkan hati nuraninya untuk tidak mengambil sesuatu yang sangat bermanfaat bagi dirinya disaat masyarakat Indonesia masih terjajah.
Di dunia ini banyak orang yang terdidik, namun sangat sedikit yang tercerahkan. Buktinya adalah banyak orang yang bergelar sarjana, master, doktor, hingga professor yang masuk penjara karena melakukan korupsi. Hal ini sangat berbeda jauh dengan apa yang dialami oleh Soekarno dan Hatta. Sebetulnya mereka berdua bisa hidup enak dengan menerima tawaran dari pemerintah Kolonial Belanda menjadi pegawai yang bergaji tinggi. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, mereka berdua dengan tegas menolak tawaran yang menggiurkan tersebut bahkan rela untuk masuk penjara beberapa kali.
Soekarno dan Hatta menjadi contoh bagaimana memberikan pendidikan bagi kaum muda. Pendidikan yang bukan hanya mendidik untuk memahami ilmu pengetahuan melainkan juga mendidik hati nurani mereka agar ilmu yang diperoleh bisa diterapkan dengan baik sesuai jalan yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kunci pokok adalah dengan menanamkan rasa nasionalisme ke dalam generasi muda agar mereka dapat mencintai Bangsa Indonesia tanpa adanya rasa fanatisme berlebihan. Sikap keteladanan dari orang-orang sekitar, yaitu orang tua dan guru perlu dipupuk semenjak dini. Banyak kasus seperti diungkap oleh media, menunjukan bahwa pengaruh orang-orang sekitar memiliki andil besar terhadap perilaku menyimpang kaum muda. Misalnya, banyak anak yang diajari untuk mengeluarkan kata-kata kotor semenjak kecil dan hal tersebut akan berlanjut hingga dewasa.
Pentingnya memberikan pendidikan yang baik kepada kaum muda patut menjadi perhatian bersama. Mengingat siklus kehidupan selalu berputar, generasi sekarang yang berkuasa akan digantikan oleh generasi berikutnya. Apabila mereka tidak dibekali dan dipersiapkan secara matang maka tidak akan lahir generasi emas. Kesemuanya itu ditentukan dengan pendidikan apa yang diberikan kepada generasi saat ini. Hal terburuknya adalah kemajuan dan kemandirian ekonomi Indonesia yang selama ini di idam-idamkan dan didengungkan tidak akan pernah terwujud.


Referensi
Abd. Rachman Assegaf. 2003.  Internasionalisasi Pendidikan: Sketsa Perbandingan Pendidikan Di Negara-negara Islam Dan Barat. Yogyakarta: Gama Media.
Djohar. 2006.  Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta: Grafika Indah.
Frank Dhont. 2005. Nasionalisme Baru Intelektual Indonesia Tahun 1920-An. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.