Pertaruhan Ideologi dengan Materi
Oleh: Murni Lestari
Ideologi
menjadi sebuah keyakinan bagi beberapa orang yang teguh dengan pendirian dan
pendapatnya. Suatu hal yang perlu ditanamkan pada diri kita. Menjadi orang yang
teguh pendiriannya memang perlu, apalagi dengan melihat realita bahwa terkadang
ideologi terkalahkan dengan materi. Sungguh hal yang sangat disayangkan,
bagaimana mungkin kaum terdidik apalagi berstatus mahasiswa yang identik dengan
kaum idealis yang selalu kukuh mempertahankan ideologi, dengan mudah mampu termobilisasi
akan materi. Mahasiwa adalah agen paling efektif yang mampu menjadi gerakan
yang selalu mempertahankan ideologi. Terlebih dengan situasi yang sangat rentan
akan pelunturan ideologi seperti sekarang ini, yaitu masa kampanye capres dan
cawapres.
Masa
rentan untuk melunturkan ideologi seseorang perlu diwaspadai. Masa kampaye
menjadi ancaman melunturnya ideologi seseorang karena, dalam masa kampanye ini
banyak sekali pernyataan kampanye yang terkadang secara perlahan berupaya untuk
melunturkan ideologi akibat kampanye yang disebarluaskan. Pernyataan yang
menjatuhkan, pernyataan tak berdasarkan fakta, dan pernyataan asal-asalan turut
mewarnai kampanye capres-cawapres kali ini. Dan hal inipun tak bisa
terhindarkan untuk terus dikonsumsi oleh publik termasuk masyarakat kampus.
Mahasiswa sebagai salah satu masyarakat kampus yang identik dengan idologi yang
kuat menjadi sasaran empuk bagi tim sukses untuk berupaya melunturkan
ideologinya demi mendapatkan dukungan suara kepada salah satu pihak.
Cukup
menjadikan kekhawatiran tersendiri dengan adanya fenomena tersebut. Mahasiswa
yang seharusnya menjadi pelopor untuk selalu mempetahankan ideologi yang
menjadi keyakinannya, justru kini menjadi sasaran empuk untuk dilunturkan demi
dukungan suara kepada salah satu pihak. Sangat dikhawatirkan lagi ketika proses
pelunturan ini juga diwarnai dengan penawaran materi yang menjadi senjata
ampuh. Materi memang menjadi iming-iming paling efektif untuk mendapatkan
suara. Apalagi tawaran materi diimbangi dengan gaya dan kemampuan membujuk rayu
sehingga ketertarikan menjadi tidak terelakkan.
Sayang
sekali ketika materi harus mengalahkan sebuah ideologi diri yang telah menjadi
keyakinan. Sebuah prinsip yang seharusnya kokoh hidup dalam sanubari seketika
meluntur hanya karena materi yang mudah habis. Ketika mempertahankan ideologi
yang diyakini adalah hal yang baik, kenapa harus ragu untuk menolak materi. Tak
dipungkiri bahwa materi sangat dibutuhkan dalam menjalani hidup, namun tidak
dengan cara seperti itu untuk mendapatkannya. Bukan berarti melunturkan
ideologinya adalah langkah tepat menentukan pilihan, apalagi hal tersebut hanya
dimobilisasi dengan materi.
Sebagai
masyarakat kampus yang memiliki intelektual yang lebih dibandingkan dengan
masyarakat pada umumnya, alangkah lebih baiknya ketika mempertahankan ideologi
selalu dan tetap dijaga. Bukan hanya karena materi semua prinsip diri menjadi
kabur tak berarti. Menjadi masyarakat kampus yang menjadi agen dan pelopor
kebaikan, mempertahankan ideologi menjadi salah satu teladan yang dapat menjadi
contoh bagi masyarakat umum yang kurang paham dengan apa itu ideologi maupun
sikap terhadap sogokan materi. Pertaruhan ideologi dan materi tak selayaknya
menjadi sebuah dilema yang terus dipersoalkan. Tinggal bagaimana sikap kita
menaggapi dan kembali lagi pada ideologi masing-masing diri.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar