Jumat, 20 Juni 2014

Pertaruhan Ideologi dengan Materi



Pertaruhan Ideologi dengan Materi
Oleh: Murni Lestari
Ideologi menjadi sebuah keyakinan bagi beberapa orang yang teguh dengan pendirian dan pendapatnya. Suatu hal yang perlu ditanamkan pada diri kita. Menjadi orang yang teguh pendiriannya memang perlu, apalagi dengan melihat realita bahwa terkadang ideologi terkalahkan dengan materi. Sungguh hal yang sangat disayangkan, bagaimana mungkin kaum terdidik apalagi berstatus mahasiswa yang identik dengan kaum idealis yang selalu kukuh mempertahankan ideologi, dengan mudah mampu termobilisasi akan materi. Mahasiwa adalah agen paling efektif yang mampu menjadi gerakan yang selalu mempertahankan ideologi. Terlebih dengan situasi yang sangat rentan akan pelunturan ideologi seperti sekarang ini, yaitu masa kampanye capres dan cawapres.
Masa rentan untuk melunturkan ideologi seseorang perlu diwaspadai. Masa kampaye menjadi ancaman melunturnya ideologi seseorang karena, dalam masa kampanye ini banyak sekali pernyataan kampanye yang terkadang secara perlahan berupaya untuk melunturkan ideologi akibat kampanye yang disebarluaskan. Pernyataan yang menjatuhkan, pernyataan tak berdasarkan fakta, dan pernyataan asal-asalan turut mewarnai kampanye capres-cawapres kali ini. Dan hal inipun tak bisa terhindarkan untuk terus dikonsumsi oleh publik termasuk masyarakat kampus. Mahasiswa sebagai salah satu masyarakat kampus yang identik dengan idologi yang kuat menjadi sasaran empuk bagi tim sukses untuk berupaya melunturkan ideologinya demi mendapatkan dukungan suara kepada salah satu pihak.
Cukup menjadikan kekhawatiran tersendiri dengan adanya fenomena tersebut. Mahasiswa yang seharusnya menjadi pelopor untuk selalu mempetahankan ideologi yang menjadi keyakinannya, justru kini menjadi sasaran empuk untuk dilunturkan demi dukungan suara kepada salah satu pihak. Sangat dikhawatirkan lagi ketika proses pelunturan ini juga diwarnai dengan penawaran materi yang menjadi senjata ampuh. Materi memang menjadi iming-iming paling efektif untuk mendapatkan suara. Apalagi tawaran materi diimbangi dengan gaya dan kemampuan membujuk rayu sehingga ketertarikan menjadi tidak terelakkan.
Sayang sekali ketika materi harus mengalahkan sebuah ideologi diri yang telah menjadi keyakinan. Sebuah prinsip yang seharusnya kokoh hidup dalam sanubari seketika meluntur hanya karena materi yang mudah habis. Ketika mempertahankan ideologi yang diyakini adalah hal yang baik, kenapa harus ragu untuk menolak materi. Tak dipungkiri bahwa materi sangat dibutuhkan dalam menjalani hidup, namun tidak dengan cara seperti itu untuk mendapatkannya. Bukan berarti melunturkan ideologinya adalah langkah tepat menentukan pilihan, apalagi hal tersebut hanya dimobilisasi dengan materi.
Sebagai masyarakat kampus yang memiliki intelektual yang lebih dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya, alangkah lebih baiknya ketika mempertahankan ideologi selalu dan tetap dijaga. Bukan hanya karena materi semua prinsip diri menjadi kabur tak berarti. Menjadi masyarakat kampus yang menjadi agen dan pelopor kebaikan, mempertahankan ideologi menjadi salah satu teladan yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat umum yang kurang paham dengan apa itu ideologi maupun sikap terhadap sogokan materi. Pertaruhan ideologi dan materi tak selayaknya menjadi sebuah dilema yang terus dipersoalkan. Tinggal bagaimana sikap kita menaggapi dan kembali lagi pada ideologi masing-masing diri.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar