Kamis, 04 Desember 2014

OPTIMISME GURU PROFESIONAL DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 CIPTAKAN GENERASI EMAS INDONESIA

OPTIMISME GURU PROFESIONAL DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 CIPTAKAN GENERASI EMAS INDONESIA
Oleh: Lu’lu’ Olivia Ningrum Kusuma Dewi


Modal besar yang ada di Indonesia adalah potensi jumlah penduduk usia produktif yang melimpah. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Usia produktif tersebut yang dinamakan generasi emas bagi bangsa Indonesia. Generasi emas tersebut harus dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang cerdas, kompetitif, dan sebagai insan berkarakter. Generasi emas memainkan peranan penting dalam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karena sifatnya ini, generasi emas menjadi kelompok yang potensial untuk mendukung pembangunan.
Namun, di tangan siapakah generasi emas dapat terbentuk? Tentu banyak pihak yang terlibat agar Indonesia memiliki generasi emas yang benar-benar handal untuk membangun negara ini. Pihak-pihak tersebut antara lain, pemerintah melalui program-programnya, orang tua yang mendukung pendidikan anaknya, masyarakat yang menjadi lingkungan sehari-hari bagi anak, dan tak kalah pula peran guru yang profesional dalam mendidik. Oleh karena itu, guru adalah jembatan yang akan dilalui generasi emas untuk membangun Indonesia menjadi negara yang dapat bersaing dengan negara-negara maju. Jembatan, tidak tahu apa yang terjadi di masa lalu dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi akan berdiri kokoh menopang semua yang melaluinya. Mungkin guru tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, khususnya apa yang akan terjadi pada peserta didiknya, tetapi guru dapat mengantarkan peserta didik menjadi generasi terbaik bagi masa depan.
Guru yang optimis dan profesional dalam keprofesiannya dapat mempersiapkan peserta didik menjadiGenerasi Indonesia Emas 2045”. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dari pengertian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa peran guru profesional adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik. Dalam hal ini dapat ditarik benang merah bahwa dalam peranannya sebagai ujung tombak pendidikan, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, sertifikasi pendidik, kompetensi, dan yang utama adalah mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara khususnya dan tujuan nasional secara umumnya.
Tugas baru pendidikan untuk mencetak generasi emas 2045 harus diikuti dengan profesionalisme guru, yang kunci utamanya terletak pada guru dan pendidikan guru yang bermutu. Guru bermutu menjadi variabel penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu. Kebermutuan guru dapat dibuktikan dengan pelaksanaan tugasnya di lapangan, terutama ketika mengajar. Guru yang bermutu dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, heterogenitas peserta didik, dan lingkungan tempat tinggal peserta didik. Saat ini sudah banyak model, strategi, pendekatan, dan metode dalam pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru adalah kunci untuk menerapkan itu semua sehingga pada akhirnya peserta didik dapat memahami materi yang diajarkan dengan baik. Tak hanya memahami, peserta didik diharapkan dapat menerapkan apa yang telah dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga materi-materi yang diajarkan di sekolah sangat terasa kebermanfaatannya.
Secara akademis, riset membuktikan bahwa setiap anak lahir dengan potensinya masing-masing. Tugas pendidikan adalah mengupayakan agar anak bisa mengenal potensi dirinya, sedangkan pendidikan berperan memberikan fasilitas agar mereka dapat mengembangkan potensinya, baik bidang akademik maupun potensi nonakademik, seperti seni dan olahraga. Namun, berdasarkan data dari Trends in International Math and Science Survey tahun 2007 disebutkan bahwa hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal berkategori advance yang memerlukan reasoning. Dalam perspektif lain, 78% siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal berkategori rendah yang semata hanya memerlukan knowing dan hafalan. Dari sinilah perlunya mengembangkan kurikulum yang menuntut penguasaan reasoning.
Pengembangkan kurikulum dalam sistem pendidikan Indonesia adalah pendidikan yang dapat mengantarkan generasi masa kini menjadi generasi emas Indonesia 2045. Terlebih lagi pencanangan generasi emas tahun pertama juga telah dibarengi dengan revitalisasi pendidikan karakter. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang terintegrasi antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, sehingga memiliki keterkaitan dan tidak terkotak-kotak seperti kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 juga mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang melalui scientific approach. Pengintegrasian tersebut merupakan langkah yang tepat agar peserta didik dapat menemukan korelasi antara satu materi dengan materi lain. Pendidikan yang terintegrasi jika diterapkan akan serasi antara proses dan produk karena keduanya mendapatkan porsi nilai yang seimbang. Hal tersebut membuat peserta didik lebih mudah menerapkan segala hal yang telah diperoleh dari pendidikan. Selain itu dalam mengintegrasikan mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain disisipkan pula pendidikan karakter dengan harapan agar peserta didik selain menjadi manusia yang intelektual juga dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Berdasarkan hasil kajian terdapat 18 nilai-nilai kebaikan yang akan disemaikan kepada peserta didik melalui pendidikan karakter. 18 nilai tersebut antara lain religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli akan lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Untuk itu, Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang diharapkan dapat menjawab tantangan masa depan, yaitu mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Untuk mempersiapkan manusia Indonesia yang memiliki sifat-sifat tersebut harus dimulai dari pendidikan dasar. Dalam Kurikulum 2013 untuk sekolah dasar, kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti, yaitu kompetensi dasar sikap spiritual, kompetensi dasar sikap sosial, kompetensi dasar pengetahuan, dan kompetensi dasar keterampilan.
Namun, apapun model pembelajaran dan bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia, guru yang profesional dan selalu optimis adalah ujung tombak bagi pembentukan generasi emas yang dapat membangun Indonesia menjadi lebih baik di masa depan. Optimisme guru dalam penerapan Kurikulum 2013 akan menjadi lebih bermakna bila menjadikan karakter peserta didik sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang penuh dengan nilai-nilai luhur. Lebih dari kata profesional, saat ini Indonesia membutuhkan guru yang dapat mengajar dengan hati nurani, yaitu guru yang dapat mendedikasikan dirinya untuk mendidik di mana pun, kapan pun, dan apapun kondisinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar