Sabtu, 10 Januari 2015

Siapa Dalang Black Campaign Pilpres 2014 Sebenarnya??

Siapa Dalang Black Campaign Pilpres 2014 Sebenarnya??
Oleh. Ikhwanul Bekti Trian Putri
Dibalik maraknya pesta demokrasi di Indonesia 9 Juli 2014, mencuat sebuah perilaku unik yang sebagian orang cenderung menganggapnya sebagai perilaku disintegritas atau perilaku tidak terhormat yang dilakukan oleh sekelompok oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Kampanye hitam (Black Campaign), demikian orang menyebutnya. Cara kerja perilaku tersebut yaitu dengan menyebarkan isu, rumor atau pemikiran yang belum tentu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya pada media-media tertentu dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan politik atau kubu politik yang berseberangan. Black Campaign atau kampanye hitam adalah jenis aktivitas seruan berupa materi kampanye yang tidak sesuai dengan kenyataan atau mengada-ada. Kampanye hitam di sini mewakili sebuah istilah yang buruk, jelek, intinya patut dijauhi. Selanjutnya di dalam penggunaannya diartikan kampanye menjelekkan lawan politik. Namun, sebenarnya juga dapat diartikan sebagai kampanye yang buruk. Isi kampanye cenderung mengandung fitnah dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Bagaimana tidak sekarang mudah kita jumpai di berberapa media maupun jejaring sosial  banyak orang entah dari kalangan politik maupun kalangan akar rumput yang menyebarkan isu maupun rumor yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berdasarkan survei piktochart, 80% Black Campaign serangan media pada capres Prabowo Subianto adalah black campaign. Karena Prabowo menerima serangan dengan materi terkait isu HAM dan rencana kudeta. 20% Negative Campaign yang memang secara fakta telah terjadi dengan isu pada keluarga yang tidak harmonis. Capres Jokowi, 90% serangan berupa Negative Campaign artinya memang fakta yang ada pada Jokowi, misalnya terungkap fakta setelah media melakukan investigasi dan ternyata ditemukan kebohongan dan pencitraan didalamnya, seperti kasus mobil ESEMKA, Pasar Tanah Abang, MRT, Busway Transjakarta yang gagal, Jokowi didukung aliran sesat syiah katholik Vatikan dan protestan James Riady, Mafia hitam koruptor BLBI dan mantan Jenderal yang terlibat kerusuhan Mei 1998 adalah fakta riil dilapangan. 10% sisanya adalah black campaign. (Sumber Kompasiana)
Ada anggapan bahwa Black Campaign yang dilakukan oleh pihak Jokowi-JK adalah oknum-oknum yang bersimpati dengan Jokowi-JK agar kandidat nomor 2 ini kelihatan tedzolimi. Lihat saja dari gaya penulisan, gaya bahasa, dan komentarnya, yang biasanya tentang fitnah dan kejelekan Jokowi, semata-mata agar Jokowi terkesan didhzolimi. Belum lagi dari kubu Prabowo-Hatta yang banyak beredar Black Campaign yang sangat keji menjatuhkan nama baiknya sebagai Capres dan Cawapres. Bukan hal baru lagi di beberapa media yang menyatakan jelas pernyataan seperti itu. Bagaimana jika di media oknum-oknum tersebut sengaja membuat isu, maupun informasi yang bersifat menjatuhkan dan oknum lain saling berbalas-balasan saling menjatuhkan satu sama lain, mau jadi apakah bangsa ini. Maka dari itu menjadi rakyat  yang cerdas sudah sepantasnya kita meyakinkan dan mengajak orang-orang disekeliling kita untuk selektif memilih jangan terpengaruh dengan Black Campaign yang belum tentu benar di media masa, pilih lah dengan hati nurani dan logika yang baik demi kemajuan dan perbaikan bangsa ini.
Selain itu sudah selayaknya bangsa ini menjadi dewasa dalam menyikapi black campaign. Bagaimanapun juga, black campaign masih merupakan bagian dari strategi pemenangan dan masih mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Apalagi bagi kaum akar rumput yang belum banyak pengetahuan mengenai dunia politik. Berpikir dengan kepala jernih bukan saja dapat memahami black campaing secara lebih bijak sebagai sebuah fenomena sosial yang muncul secara alamiah pada bangsa yang masih remaja dalam bernegara dan berdemokrasi, tetapi juga mampu menghindari perpecahan akibat ulang orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Suara rakyat akan tetap menjadi kekuatan utama, meski sebuah suara dapat dibeli tapi yakinlah suara Tuhan untuk menentukan siapa pemimpin yang tepat untuk bangsa ini tak akan bisa di beli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar