Siapa
Dalang Black Campaign Pilpres 2014 Sebenarnya??
Oleh.
Ikhwanul Bekti Trian Putri
Dibalik
maraknya pesta demokrasi di Indonesia 9 Juli 2014, mencuat sebuah perilaku unik
yang sebagian orang cenderung menganggapnya sebagai perilaku disintegritas atau
perilaku tidak terhormat yang dilakukan oleh sekelompok oknum-oknum tidak
bertanggungjawab. Kampanye hitam (Black Campaign), demikian orang menyebutnya.
Cara kerja perilaku tersebut yaitu dengan menyebarkan isu, rumor atau pemikiran
yang belum tentu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya pada media-media
tertentu dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan politik atau kubu politik yang
berseberangan. Black
Campaign atau kampanye hitam adalah jenis aktivitas seruan berupa materi
kampanye yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau mengada-ada. Kampanye hitam di sini mewakili sebuah istilah yang buruk,
jelek, intinya patut dijauhi. Selanjutnya di dalam penggunaannya diartikan
kampanye menjelekkan lawan politik. Namun, sebenarnya juga dapat
diartikan sebagai kampanye yang buruk. Isi kampanye cenderung
mengandung fitnah dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Bagaimana tidak
sekarang mudah kita jumpai di berberapa media maupun jejaring sosial banyak orang entah dari kalangan politik
maupun kalangan akar rumput yang menyebarkan isu maupun rumor yang belum tentu
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berdasarkan survei piktochart, 80% Black Campaign
serangan media pada capres Prabowo Subianto adalah black campaign. Karena
Prabowo menerima serangan dengan materi terkait isu HAM dan rencana kudeta. 20% Negative Campaign
yang memang secara fakta telah terjadi dengan isu pada keluarga yang tidak
harmonis. Capres Jokowi, 90% serangan berupa Negative Campaign
artinya memang fakta yang ada pada Jokowi, misalnya terungkap fakta setelah
media melakukan investigasi dan ternyata ditemukan kebohongan dan pencitraan
didalamnya, seperti kasus mobil ESEMKA, Pasar Tanah Abang, MRT, Busway
Transjakarta yang gagal, Jokowi didukung aliran sesat syiah katholik Vatikan
dan protestan James Riady, Mafia hitam koruptor BLBI dan mantan Jenderal yang
terlibat kerusuhan Mei 1998 adalah fakta riil dilapangan. 10% sisanya adalah black campaign. (Sumber Kompasiana)
Ada anggapan bahwa Black Campaign yang dilakukan oleh pihak Jokowi-JK
adalah oknum-oknum yang bersimpati dengan Jokowi-JK agar kandidat nomor 2 ini
kelihatan tedzolimi. Lihat saja dari gaya penulisan,
gaya bahasa, dan komentarnya, yang biasanya tentang fitnah dan kejelekan Jokowi,
semata-mata agar Jokowi terkesan didhzolimi. Belum lagi dari kubu Prabowo-Hatta
yang banyak beredar Black Campaign yang sangat keji menjatuhkan nama baiknya
sebagai Capres dan Cawapres. Bukan hal baru lagi di beberapa media yang
menyatakan jelas pernyataan seperti itu. Bagaimana jika di media oknum-oknum
tersebut sengaja membuat isu, maupun informasi yang bersifat menjatuhkan dan
oknum lain saling berbalas-balasan saling menjatuhkan satu sama lain, mau jadi
apakah bangsa ini. Maka dari itu menjadi rakyat
yang cerdas sudah sepantasnya kita meyakinkan dan mengajak orang-orang
disekeliling kita untuk selektif memilih jangan terpengaruh dengan Black
Campaign yang belum tentu benar di media masa, pilih lah dengan hati nurani dan
logika yang baik demi kemajuan dan perbaikan bangsa ini.
Selain
itu sudah selayaknya bangsa ini menjadi dewasa dalam menyikapi black campaign.
Bagaimanapun juga, black campaign masih merupakan bagian dari strategi
pemenangan dan masih mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Apalagi
bagi kaum akar rumput yang belum banyak pengetahuan mengenai dunia politik. Berpikir
dengan kepala jernih bukan saja dapat memahami black campaing secara lebih bijak
sebagai sebuah fenomena sosial yang muncul secara alamiah pada bangsa yang masih
remaja dalam bernegara dan berdemokrasi, tetapi juga mampu menghindari
perpecahan akibat ulang orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Suara rakyat
akan tetap menjadi kekuatan utama, meski sebuah suara dapat dibeli tapi
yakinlah suara Tuhan untuk menentukan siapa pemimpin yang tepat untuk bangsa
ini tak akan bisa di beli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar